Wednesday, August 10, 2011

Food Photography Made Easy

foodphotography
Toga Mas Surabaya
Rp 63,580
July 2011



Aku excited sekali waktu tahu bahwa akan ada buku Food Photography berbahasa Indonesia  baru yang akan terbit. Apalagi penyusunnya adalah orang orang yang aku kenal dengan baik di milis NCC dan KBB, yaitu Riana Ambarsari, Arfi Binsted, Dita Wistarini dan Irra Fachriyanthi - yang kemudian menamakan diri mereka "Empat Rana"

Karena itu waktu ke Toga Mas beberapa waktu yang lalu aku sempatkan mencari buku ini dan dapat.

Walaupun aku beli beberapa buku bersamaan dengan FPME, tapi buku ini menjadi prioritas untuk aku baca. Isinya lumayan bermanfaat untuk orang yang baru belajar photography seperti aku. Sebagian besar memang sudah dibahas di blog blog mereka yang rajin aku kunjungi, tapi kalau dikumpulkan dalam satu buku begini jadi lebih enak membacanya :)

Dua yang mengganjal buat aku sebagai pembaca awam (yang bermata minus + plus dan kalau baca buku sambil tiduran) adalah banyaknya photo photo yang dibuat terlalu besar, layoutnya satu halaman full, terlalu closed up, dan beberapa diantaranya pecah (seperti misalnya di halaman 6,7,49,70,105). Menurutku akan lebih menarik kalau tidak sebesar itu.

Yang kedua adalah, ketika membandingkan beberapa photo untuk melihat perbedaan, photo photo tersebut diletakkan dalam halaman yang berbeda. Misalnya pada bagian penjelasan soal Aperture. Photo semangkuk kacang dan setumpuk buku ada di halaman 19,20 dan 21 lalu pembahasannya di halaman 22. Ketika kita mau melihat berbedaannya, repot harus membalik balik halaman. Akan lebih mudah apabila dibuat seperti halaman 102, di mana 2 photo yang diperbandingkan ada dalam satu halaman jadi bisa langsung kelihatan bedanya.

The rest, OK...photonya cantik cantik dan bikin ngiler (terutama koleksi propertinya Arfi dan Ditta), bahasanya juga mudah dimengerti. Worth buying dan recommended untuk food photographer dan food blogger.

Congrats, Empat Rana :)

Seri si Cacing....

Cacing


Aku tertarik untuk beli dan baca buku ini gara gara promosi Yin, sahabatku.

Pengarangnya Ajahn Brahm, sarjana lulusan Cambridge yang memutuskan untuk hidup selibat sebagai Biksu, mendirikan biara di Australia. Brahm yang biasa hidup nyaman, rela hidup sebagai pengemis,sambil tetap menjalankan misi kemanusiaan. Bersama teman teman sesama Biksu dia mengunjungi penjara, rumah sakit dan tempat tempat di mana lebih banyak orang yang tidak beruntung, untuk membangkitkan semangat mereka.

Buku ini berisi khotbah khotbah dan pengalaman Brahm selama menjadi Bhiksu...

Ada 3 seri si Cacing yang sudah beredar di toko buku yaitu Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya (judul asli : Opening the Door of Your
Heart), Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2 dan Hore, guru si Cacing sudah datang.

Ada satu cerita yang mendalam banget buat aku. Yaitu saking miskinnya, Brahm harus membangun sendiri tembok biaranya. Karena dia bukan ahli, pada saat memasang batu bata untuk tembok,dari 100, ada 2 batu bata yang letaknya tidak benar, tapi karena sudah terlanjur jadi, Brahm tidak sanggup untuk membongkar dan membuat dari awal. Alih alih, dia berusaha menyembunyikan batu bata yang jelek itu dari pandangan orang yang datang mengunjungi biara. Selalu dia berusaha mengajak tamunya lewat jalan lain selain tembok tersebut. Dan sejauh itu berhasil.

Sampai datang seorang Guru Besar ke biara mereka. Walaupun sudah diajak melewati jalan lain, sang Guru memaksa melihat tembok buatan Brahm. Anehnya Guru tersebut tidak memberi komentar apa apa selain "Bagus". Brahm yang keheranan malah bertanya dengan penasaran, apakah sang Guru tidak melihat ada 2 batu bata yang posisinya jelek. Sang Guru dengan bijak menjawab, dari 100 hanya ada 2 yang jelek, berarti ada 98 yang bagus. Demikian juga dalam hidup kita,kalau dari 100 perbuatan yang kita lakukan, hanya ada 2 kesalahan, atau ketidak sempurnaan, usahlah menyesali diri dan rendah diri karena kesalahan tersebut, masih ada 98 hal baik yang bisa membuat kita berpikir positif.

Judul si Cacing dan Kotoran Kesayangannya ini diambil dari cerita terakhir di buku pertama. Ceritanya tentang 2 orang bersahabat yang meninggal bersamaan. Ketika satu dari mereka sampai di Nirwana sebagai Dewa, ia mencari cari sahabatnya. Kemanapun dicari tidak ketemu, sampai akhirnya sang sahabat ditemukan hidup kembali sebagai seekor cacing dalam onggokan kotoran binatang. Oleh sang Dewa, si Cacing diajak hidup di Nirwana yang sudah pasti jauh lebih nyaman. Tapi si Cacing tidak merasa senang hidup dalam kenyamanan Nirwana, versi dia, hidup dalam onggokan kotoran itu jauh lebih bnayam. Akhir cerita ia kembali hidup sebagai cacing. Demikian juga dengan kita, kadang kita lebih suka berkecimpung dalam kehidupan yang 'ruwet' menggeluti masalah daripada hidup 'bersih'

Hebatnya, seri si Cacing memberi garansi uang kembali 100% kalau setelah membaca buku ini kita tidak merasakan perubahan apapun. Dan....tampaknya saya tidak bisa mengclaim 100% uang kembali, karena saya banyak memetik manfaat dan pelajaran dari buku ini :D


Tuesday, August 9, 2011

Otoboke & Kobochan Versi Baru

Otoboke


Dua seri komik kartun karya Masashi Ueda ini adalah sedikit dari komik seri yang aku suka. Isinya bener bener mbanyol, walaupun ada beberapa strips yang aku nggak ngerti karena beda budaya. Ada satu lagi karya Masashi Ueda, yaitu Kariage Kun, tapi buat aku kurang menarik, jadi aku hanya koleksi sampai nomor 12 saja, padahal serinya banyak banget dan masih berlanjut sampai sekarang.

Otoboke terbit belakangan setelah Kobochan dan Kariage Kun. Tidak banyak kata kata, tapi Masashi Ueda  berhasil menceritakan kekonyolan Otoboke, seorang manager tanggung yang lebih sering kena apes daripada untung. Tentang ke 2 anaknya, cewek dan cowok yang kadang lucu, kadang bandel dan istrinya yang sesekali mengerjai Otoboke sebagai balas dendam karena perlakuan Otoboke yang pemarah. Misalnya karena Otoboke sering pulang dalam keadaan mabuk, si istri yang kesal karena pagi harinya dimarahi oleh Otoboke, mengganti baju kerja Otoboke dengan dasternya dan Otoboke bangun dengan bingung melihat baju yang dipakainya:D

kobo


Kobochan yang sekarang ada di toko buku adalah seri baru, beda dengan seri yang sebelumnya yang berakhir di nomor 48 saja. Versi baru sampai saat aku tulis ini baru sampai nomor 8. Ceritanya tentang si Kobo, anak kecil yang polos,lucu dan ndableg, hidup bersama orang tua, kakek nenek dan pamannya yang kikuk.

Layak dikoleksi...tapi tidak semuanya cocok dibaca oleh anak anak di bawah umur ya...jadi kalau mereka baca, kudu didampingi karena sesekali ada muatan pornonya dikitttt... :)