Rp 61,200 (dari harga Rp 76,500)
Petra Toga Mas Surabaya
couple months a go.. :D
Andrea Hirata adalah penulis Indonesia favoriteku saat ini. Tetralogi Laskar Pelanginya benar benar membuat aku jatuh cinta dengan cara menulisnya yang santai, cerdas, lucu tapi tidak kampungan. Andrea Hirata bisa menertawakan nasib sialnya sebagai orang Melayu yang mendapat bea siswa sekolah di luar negeri tapi ketika kembali ke Indonesia tidak bisa mendapat pekerjaan yang sesuai namun tidak sinis terhadap nasib.
Kedua buku ini masih senafas dengan Laskar Pelangi. Dua buku dijadikan satu.
Dalam buku pertama, Padang Bulan, diceritakan ketika Ikal (panggilan masa kecil Andrea Hirata) kembali ke Belitong dan ingin merajut kembali cinta monyetnya dengan Ai Ling - gadis Tionghoa yang selama ini mengisi hatinya dan mendapati kenyataan pahit bahwa Ai Ling telah dijodohkan dengan Zinar, laki laki serba bisa dan ganteng. Informasi tentang perjodohan itu didapatkan dari sahabat Ikal, Detektif M. Nur yang disebutnya Detektif Kontet yang ternyata salah :)
Ikal, berbekal informasi yang salah itu, berambisi mengalahkan Zinar. Dia belajar main catur secara online dengan sabahatnya waktu kuliah, karena Zinar jago main catur. Dan gagal. Ikal berusaha meninggikan badannya (karena Zinar tinggi besar) dengan membeli alat Octoceria, yang mengakibatkan ia hampir kehilangan nyawa... Usaha usaha Ikal mendapatkan kembali Ai Ling bukan satu satunya inti novel Padang Bulan. Namun juga perkenalan dan persahabatannya dengan Enong, wanita yang menjadi buruh tambang timah sejak umur 14 tahun, yang hidupnya penuh dengan kepahitan, namun punya ambisi menguasai bahasa Inggris.
Di akhir cerita, Ikal mendapatkan kembali kebahagiaannya dan Enongpun berhasil meraih cita citanya, lulus terbaik dari kursus bahasa Inggris yang diikutinya.
Cerita kedua, Cinta di dalam gelas lebih menarik. Di sini diceritakan bahwa Enong akhirnya menikah dengan seorang laki laki, jago catur tapi tidak bertanggung jawab dan berakhir dengan perceraian. Dendam Enong semasa kecil, kepada orang orang yang mecundanginya di tambah timah. Dan alasan kenapa orang Melayu suka cangkrukan di warung kopi berdasarkan analisa Ikal yang bekerja di warung kopi pamannya.
Enong, yang masih sakit hati kalau mengingat masa kecil dan bekas suaminya, berguru catur secara online kepada sahabat Ikal. Dengan tujuan menantang mereka yang pernah menorehkan luka dalam hidupnya, terutama untuk mengalahkan ketakutan dan traumanya selama ini. Dan, bisa ditebak, Enong berhasil.
Cerita mengalir indah dan nyaman dibaca, walaupun istilah istilah catur bener bener nggak aku mengerti....dan ketika sampai di halaman terakhir, masih terasa aura kecerdasan Andrea Hirata meramu ceritanya dan rasa puas karena hiburan yang diberikannya tidak membuat pembaca seperti nonton sinetron yang ceritanya terlalu berlebihan dan (berharap bisa) menjungkir balikkan emosi penonton.
Salut buat Andrea...semoga masih mau terus menulis novel novel cerdas.